Kisah Pilu Manusia Kayu Asal Sragen
SoloUpdate.com (Sragen) – Sulami (35), wanita berjuluk “manusia kayu” yang berasal dari Dukuh Selorejo, RT/RW 31/11, Desa Mojokerto, Kedawung Sragen, memang belakangan membuat heboh dan memantik keprihatinan dari berbagai kalangan. Masyarakat luas bahkan telah terpanggil untuk membantu agar harapan sulami bisa terwujud. Empati ini membuka asa bagi sulami.
Berdasarkan keterangan warga setempat, keadaan sulami benar-benar memprihatinkan. Tubuhnya hanya bisa terbaring di kamar tidur di rumah kecil milik neneknya, Ginem (70) hasil bantuan RTLH. Meskipun begitu, Sulami mencoba tetap tegar. Sesekali masih bisa melempar senyuman, namun wanita kelahiran 4 Desember 1981 itu tak bisa banyak merespon karena memang tubuhnya tak lagi bisa digerakkan.
Meski demikian Sulami yang masih bisa berbicara lirih, ia mengaku penderitaannya itu memang sudah lama dirasakan. Awal mulanya penyakit ini dari benjolan luka di leher kemudian perlahan menjalar ke kaki dan sekujur tubuhnya. Lama-kelamaan tubuhnya mendadak menjadi kaku tak bisa digerakkan.
Hal itu diperparah dengan luka di kakinya yang kemudian digaruk terus dan akhirnya malah berakibat fatal. Sesudah bertahun-tahun sejak kejadian itu, tubuhnya tak lagi bisa digerakkan dan menjadi kaku. Ia hanya bisa terbaring, sedangkan untuk berdiri dan jalan harus dibangunkan keponakannya terlebih dahulu. Selama ini, hanya tongkat kayu yang menopangnya untuk bisa berdiri. Ujian itu ternyata sudah dijalaninya hampir 25 tahun.
“Tubuh rasanya sudah seperti kayu, nggak bisa untuk apa-apa. Bangun harus dibangunin tidur ditidurin. Jalan masih bisa sedikit-sedikit tapi pakai tongkat. Kadang biar nggak jenuh buat kerajinan tangan nanti kalau jadi saya berikan sebagai kenang-kenangan untuk teman yang njenguk. Kalau ada yang beli yang dikasih,” tuturnya.
Ia mengaku terlahir kembar dengan saudaranya bernama Paniyem. Namun Paniyem yang mengidap penyakit yang sama, akhirnya meninggal pada 2012 lalu. Meski deritanya kian bertambah karena kedua kakinya luka dan bengkak akibat garukan. Sulami masih sangat berharap ada keajaiban dan pertolongan yang mungkin membawanya pada kesembuhan.
“Kalau masih ada jalan bisa sembuh, saya pinginnya bisa sembuh seperti semula. Seandainya nggak ada saya sudah pasrah Mas,” ucap Wardoyo. Benar adanya, masyarakat setempat menilai bahwa Sulami “manusia kayu” ini telah terserang penyakit langka ini sudah lama dan membuat rasa kepeduliaan dari berbagai kalangan tersadarkan kembali. Dikabarkan sekarang sudah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Solo.